Penyebab Dan Dampak Akibat Pemanasan Global (Global Warming)
Salah satu masalah terbesar yang kita hadapi sekarang ini adalah
pemanasan global. Dampaknya pada hewan dan pertanian memang
mengkhawatirkan, terlebih lagi pada populasi manusia - sangat
menakutkan. Fakta-fakta tentang pemanasan global sering diperdebatkan
dalam politik dan media. Sayangnya, tidak semua pihak sepakat tentang
penyebab global warming, meskipun pemanasan global merupakan fakta,
terjadi secara global, dan terukur. Berikut ini Penyebab Dan Dampak
Akibat Pemanasan Global (Global Warming).
Penyebab Pemanasan Global:
1. Emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil pembangkit listrik.
Penggunaan listrik yang semakin meningkat yang dipasok dari pembangkit
listrik berbahan bakar batubara yang melepaskan sejumlah besar karbon
dioksida ke atmosfer. Di Amerika Serikat, sekitar 40% emisi CO2
diakibatkan oleh produksi listrik dan 93 persen diantaranya berasal dari
emisi pembakaran batubara pada industri.
Setiap hari, pasar semakin banyak dibanjiri gadget atau peralatan
elektronik yang penggunaannya membutuhkan daya listrik, padahal tidak
didukung oleh energi alternatif. Dengan demikian kita akan
semakintergantung pada pembakaran batu bara untuk memasok kebutuhan
listrik di seluruh dunia.
2. Emisi karbon dioksida dari pembakaran bensin pada kendaraan.
Kendaraan yang kita pakai adalah sumber penghasil emisi sekitar 33% yang
berdampak terhadap pemanasan global. Dengan pertambahan jumlah penduduk
yang tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan, tentu saja akan
meningkatkan permintaan akan kendaraan yang lebih banyak lagi, yang
berarti penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi dan pabrik akan
semakin besar. Sementara, konsumsi terhadap bahan bakar fosil jauh
melampaui penemuan terhadap cara untuk mengurangi dampak emisi. Sudah
saatnya kita meninggalkan budaya konsumtif.
3. Emisi metana dari peternakan dan dasar laut Kutub Utara.
Metana merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat setelah CO2. Bila bahan
organik diurai oleh bakteri pada kondisi kekurangan oksigen
(dekomposisi anaerobik), maka metana akan dihasilkan. Proses ini juga
terjadi pada usus hewan herbivora, dan dengan meningkatnya jumlah
produksi ternak terkonsentrasi, tingkat metana yang dilepaskan ke
atmosfer akan meningkat.
Sumber metana lainnya adalah metana klatrat, suatu senyawa yang
mengandung sejumlah besar metana yang terperangkap dalam struktur
bongkahan es. Apabila metana keluar dari dasar laut Kutub Utara, maka
tingkat pemanasan global akan meningkat secara signifikan.
4. Deforestasi, terutama hutan tropis untuk kayu, pulp, dan lahan pertanian.
Penggunaan hutan untuk bahan bakar (baik kayu dan arang) merupakan salah
satu penyebab deforestasi. Di seluruh dunia pemakaian produk kayu dan
kertas semakin meningkat, kebutuhan akan lahan ternak semakin meningkat
untuk pemasok daging dan susu, dan penggunaan lahan hutan tropis untuk
komoditas seperti perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab utama
terhadap deforestasi dunia. Penebangan hutan akan mengakibatkan
pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfir.
5. Peningkatan penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian.
Pada pertengahan abad ke-20, penggunaan pupuk kimia (yang sebelumnya
penggunaan pupuk kandang) telah meningkat secara dramatis. Tingginya
tingkat penggunaan pupuk yang kaya nitrogen memiliki efek pada
penyimpanan panas dari lahan pertanian (oksida nitrogen memiliki
kapasitas 300 kali lebih panas- per unit volume dari karbon dioksida)
dan kelebihan limpasan pupuk menciptakan 'zona-mati' di laut. Selain
efek ini, tingkat nitrat yang tinggi dalam air tanah karena pemupukan
yang berlebihan berdampak terhadap kesehatan manusia yang cukup
memprihatinkan.
Dampak Akibat Pemanasan Global
6. Kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia.
Para ilmuwan memprediksi kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia
karena mencairnya dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland,
terutama di pantai timur AS. Diperkirakan banyak negara di seluruh dunia
akan mengalami dampak naiknya permukaan air laut, yang bisa memaksa
jutaan orang untuk mencari pemukiman baru. Maladewa adalah salah satu
negara yang perlu mencari rumah baru akibat naiknya permukaan laut.
Bagaimana dengan Indonesia?.
7. Korban akibat topan badai yang semakin meningkat.
Tingkat keparahan badai seperti angin topan dan badai semakin meningkat,
dan penelitian yang dipublikasikan dalam Nature mengatakan:
"Para ilmuwan menunjukkan bukti yang kuat bahwa pemanasan global secara
signifikan akan meningkatkan intensitas badai yang paling ekstrim di
seluruh dunia. Kecepatan angin maksimum dari siklon tropis terkuat
meningkat secara signifikan sejak tahun 1981. Hal tersebut diperkirakan
didorong oleh suhu air laut yang semakin naik, dan diperkirakan tidak
mungkin mengalami penurunan dalam waktu dekat."
8. Gagal panen besar-besaran.
Menurut penelitian terbaru, sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia
harus memilih untuk pindah ke wilayah beriklim sedang karena kemungkinan
adanya ancaman kelaparan akibat perubahan iklim dalam 100 tahun.
Perubahan iklim ini diramalkan memiliki dampak yang paling parah pada
pasokan air. Kekurangan air di masa depan kemungkinan akan mengancam
produksi pangan, mengurangi sanitasi, menghambat pembangunan ekonomi dan
kerusakan ekosistem. Hal ini menyebabkan perubahan suasana lebih
ekstrim antara banjir dan kekeringan. Lebih lanjut, menurut Guardian,…pemanasan global menyebabkan 300.000 kematian per tahun.
9. Kepunahan sejumlah besar spesies.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam
Nature, peningkatan
suhu dapat menyebabkan kepunahan lebih dari satu juta spesies. Dan
karena kita tidak bisa hidup sendirian tanpa ragam populasi spesies di
bumi, ini akan membawa dampak buruk bagi manusia.
"Perubahan iklim sekarang ini setidaknya sama besarnya dengan ancaman
terhadap jumlah spesies yang masih hidup di Bumi akibat penghancuran dan
perubahan habitat", demikian pendapat Chris Thomas, seorang staff
konservasi biologi dari University of Leeds.
10. Hilangnya terumbu karang.
Sebuah laporan tentang terumbu karang dari WWF mengatakan bahwa dalam
skenario terburuk, populasi karang akan runtuh pada tahun 2100 karena
suhu dan keasaman laut meningkat. 'Pemutihan' karang akibat kenaikan
suhu laut yang terus-menerus sangat berbahaya bagi ekosistem laut, dan
banyak spesies lainnya di lautan bergantung pada terumbu karang untuk
kelangsungan hidup mereka.
"Meskipun luasnya lautan 71 persen dari permukaan bumi dengan kedalaman
rata-rata hampir 4 km, ada indikasi bahwa hal ini mendekati titik
kritis. Bagi terumbu karang, pemanasan dan pengasaman air mengancam
hilangnya ekosistem global. Jadi diperlukan upaya yang besar untuk
menyelamatkan terumbu karang dari kepunahan.
11. Efek umpan balik.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek
penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan
kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan
efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan
memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga
meningkatkan efek pendinginan.
12. Variasi Matahari.
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi
kontribusi dalam pemanasan saat ini.Perbedaan antara mekanisme ini
dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas
Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan
mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling
tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila
aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini.
13. Peternakan dan Konsumsi daging.
Pada tahun 2006, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO)
mengeluarkan laporan “Livestock’s Long Shadow” dengan kesimpulan bahwa
sektor peternakan merupakan salah satu penyebab utama pemanasan global.
Sumbangan sektor peternakan terhadap pemanasan global sekitar 18%, lebih
besar dari sumbangan sektor transportasi di dunia yang menyumbang
sekitar 13,1%. Selain itu, sektor peternakan dunia juga menyumbang 37%
metana (72 kali lebih kuat daripada CO2 selama rentang waktu 20 tahun),
dan 65% nitro oksida (296 kali lebih kuat daripada CO2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar